Kamis, 17 Mei 2012

Asal-Usul Kelurahan Tanjung Batu



Pada zaman purba  hiduplah sekelompok manusia yang peradabannya masih rendah cikal bakal yang pada waktu sekarang ini menjadi nenek moyang penduduk asli asal Kelurahan TANJUNG BATU. Kehidupan mereka dihutan belantara dan hidup dengan berkelompok-kelompok.
± tahun 1600 suatu tempat di hutan yang lebat terdapat payau payau kecil masyarakat sering menyebutnya PAYO, di sekitar Payo-payo inilah tempat tinggal mereka, mereka mencari makan dengan cara, berkebun, menangkap ikan, berburu dan lain-lain.
Sebutan mereka ini orang Suku Kubu yang kehidupan sehari-hari sangat sederhana, antara Suku Kubu dengan Suku lainnya sudah saling kenal dan jauh di sebelah utara tinggal suku kubu  Sentul, Kubu Burai, Suku Cambai dan Suku Belido, didalam kelangsungan kehidupan sehari hari  mereka tidak pernah saling ganggu.
Pada Suatu tempat bernama PAYO LINTAH tinggallah Suku Kubu yang mendirikan gubuk-gubuk sederhana (Rompok) kepala rompok bernama tersebut USANG RAJO SETAN sebagai pelindung. Disekitar PAYO LINTAH tinggal pula kelompok lainnya seperti di PAYO BATU dan PAYO TRAP (Arah ke Burai ± 6 km) sedangkan di Selatan tinggal pula Suku Kubu Lebar Tapak (TANJUNG ATAP) di PAYO BULUH.
Kehidupan sehari-harinya tak ada beda mereka mencari makan dengan, mecari binatang buruan,menangkap ikan, mencari pucuk kayu sebagai sayur mayur di hutan, membuat alat untuk menangkap ikan dinamakan “bubu seruo” dan lain sebagainnya dan pada suatu saat hari bertemu  pada suatu tempat semacam pasar kecil untuk saling tukar menukar, hasil hutan tersebut sebagai alat untuk berbelanja / Bharter.
Suku suku tersebut belum merngenal agama (ateis) dan adat istiadat, pengertian mereka tentang hujan, petir, guruh, angin mempunyai kepercayaan kekuatan gaib yang dianggapnya bertuah dan kadang-kadang dianggap malapetaka. Pohon-pohon besar, tempat-tempat tinggal tertentu mempunyai kekuatan gaib dan mempunyai ROH, paham yang dianut Animisme dan Dinamisme.
Dengan proses yang panjang dalam kurun waktu yang cukup lama kehidupannya berpindah-pindah tempat dari Payo Lintah pindah ke Payo Batu setelah selang beberapa tahun pindah ke Payo Trap untuk mencari ladang baru disamping itu sering mendapat gangguan dari binatang-binatang buas seperti harimau, beruang dan sebagainya juga binatang berkuku panjang yang dinamakan Setan atau Sindai.
Perkembangan seterusnya berpindah tempat mencari sungai (Sekarang Lebak Meranjat). Dan berdiamlah mereka disebuah Tanjungan dekat sungai, mereka menyebar di seputar Tanjungan ini satu persatu mendirikan rumah-rumah bertiang tinggi menghindari serangan dari binatang buas demi menjaga keselamatan dan keamanan.
DI Tanjungan ini banyak terdapat batu kerikil merah (karangan) yang pada akhinya disebutnya Tanjungan Batu atau yang tepatnya di kampung ASAM JAWA sekarang.
Bercocok tanam, membuat perahu dan sudah mengenal perbintangan menentukan musim tanam padi, musim kemarau / hujan dan sudah dapat menentukan Utara Selatan Barat dan Timur, peradaban berkembang penduduk bertambah pada akhirnya menetap di daerah ini menjadi sebuah dusun dan masuknya agama Islam di Tanjung Batu
Nenek Moyang Kelurahan Tanjung Batu tersebut memiliki banyak keahlian kerajinan seni yaitu kerajian emas, perak, pakaian hias pengantin, serta ukiran ukiran. Kerajinan ini terus berkembang dan mengalami kemajuan pesat hingga terkenal sampai ke luar sumatera bahkan sampai ke luar negeri.



Pada tahun 2004 melalui perda kabupaten Ogan Komering Ilir (belum pemekaran menjadi Ogan Ilir) telah di ubah status dari desa menjadi kelurahan, dan pada tahun 2006 di mekarkan menjadi 2 kelurahan menjadi Kelurahan Tanjung Batu dan Kelurahan Tanjung Batu Timur sesuai dengan perda Kabupaten Ogan Ilir Nomor 22 Tahun 2006, namun pelantikan pejabat lurah baru di lakukan pada tahun 2009 sesuai ketentuan PP Nomor 73 tahun 2005 tentang kelurahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar