Jumat, 18 Mei 2012

CERITA RAKYAT KECAMATAN TANJUNG BATU " USANG SUNGGING DAN PUTRI PINANG MASAK "

SUMBER CERITA : Cerita yang disusun dari cerita secara turun temurun dari tokoh dan sesepuh warga masyarakat Tanjung Batu, Aparat Desa Senuro Barat dan Senuro Timur dan warga desa sekitarnya, Cerita Rakyat ini sudah pernah dipentaskan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta dalam suatu bentuk Pentas Seni Budaya Nusantara oleh Tim Kesenian Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan.
(Masjid Al-Falah Kelurahan Tanjung Batu Peninggalan Usang Sungging yang di bangun tahun 1300M)
(Peninggalan Usang Sungging)

Layaknya daerah lain, daerah-daerah di dataran sumatera, khususnya di Sumatera Selatan sarat dengan cerita rakyat. Cerita rakyat atau dikenal juga dengan istilah legenda rakyat bisa dihubungkan dengan terbentuknya suatu tempat atau bisa juga asal usul dari penduduk, adat istiadat atau budaya yang hingga sekarang diterapkan dan menjadi panutan masyarakat setempat. Begitu juga dengan Cerita Rakyat Kecamatan Tanjung Batu, memiliki beberapa cerita rakyat. Cerita yang sangat terkenal adalah cerita mengenai KH. Abdul Hamid atau lebih dikenal dengan nama “Usang Sang Sungging” dan Putri Nafisah di Desa Senuro yang karena kecantikan rupanya kemudian lebih dikenal dengan “Putri Pinang Masak”. Konon ceritanya dua tokoh ini sangat erat kaitannya dengan cikal bakal bidang usaha dan mata pencaharian yang ditekuni oleh penduduk di Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. 


Usang Sang Sungging atau lebih dikenal dengan sebutan Sang Sungging. merupakan sebuah kisah, pada jaman Kerajaan di Kesultanan Palembang, mengabdilah seorang pati bernama Abdul Hamid. Beliau berasal dari keturunan kerajaan dari Pulau Jawa dan menetap di Kesultanan Palembang. Beliau terkenal dengan beberapa keahliannya seperti rancang bangun, melukis, mengukir/memahat bahkan menyiapkan rencana-rencana yang akan dilakukan oleh Istana. Beliau sangat dekat dan sudah dipercaya layaknya anggota keluarga oleh Sultan Palembang.



Diceritakan bahwa, pada suatu masa beliau mendapat mandat dari Sultan untuk membuat lukisan utuh permaisurinya. Mendapat tugas tersebut, Abdul Hamid menyanggupi dengan senang hati. Siang dan malam dia melukis permaisuri demi Sultan. Mendekati  tahap akhir pengerjaan lukisan tersebut Sultan mendatangi Abdul Hamid dengan maksud ingin melihat hasil lukisan yang dibuat olehnya. Sultan kelihatan senang dan menunjukkan binar muka yang puas atas lukisan yang dikerjakannya.



Pada malam berikutnya, Abdul Hamid melanjutkan pekerjaannya melukis permaisuri dengan sangat hati-hati. Dan…selesai sudah, gumannya tersenyum gembira setelah menyelesaikan lukisan tersebut. Sambil menatap hasil pekerjaannya, ia membayangkan wajah kegembiraan Sultan. Lama dia berdiam sampai dia tertidur sekejap. dan tanpa disadarinya tinta yang digunakannya menetes ke lukisan yang sudah jadi tersebut.



Keesokan harinya dengan perasaan bangga, Abdul Hamid menghadap Sultan dan menyerahkan lukisan yang dibuatnya. Alangkah terkejutnya dia, bukannya pujian yang diterima tetapi malah caci maki. Melihat lukisan tersebut, Sultan murka dan marah tanpa bisa terbendungkan. Sultan menghardik Abdul Hamid dengan pernyataan yang penuh kecurigaan, dari mana Abdul Hamid tahu kalau di paha kiri atas (dekat kemaluan) istrinya terdapat tahi lalat sebagaimana hasil lukisan tersebut. Mendapat hardikan pernyataan tersebut Abdul Hamid justru bingung bukan kepalang. Usut punya usut ternyata hasil tetesan tinta yang tanpa disengaja dan disadari oleh Abdul Hamid waktu dia mengantuk malam itu  jatuh tepat di paha sebelah kiri atas dari lukisan permaisuri, sehingga menyebabkan Sultan menuduh jika Abdul Hamid telah berselingkuh dengan istrinya/permaisuri.



Mendapat tuduhan seperti itu, Abdul Hamid berusaha menjelaskan hal yang sebenarnya. Akan tetapi, kemarahan Sultan sudah tidak bisa dielakkan lagi. Abdul Hamid pun diminta meninggalkan istana bahkan diancam akan dihukum gantung. Mendapati situasi yang tidak menguntungkan seperti itu, Abdul Hamid beserta hulu balangnya bergegas melarikan diri dengan menggunakan perahu. Tanpa arah tujuan yang jelas mereka terus menyusuri sungai menuju pedalaman demi menghindari kejaran tentara Sultan Palembang pada waktu itu.



Berbulan-bulan mereka mengayuh perahu kayu. Dari Sungai Ogan menyusuri sebuah lebak yang kemudian dikenal dengan nama Lebak Meranjat. Merapatlah mereka di sebuah hutan belantara seberang Tanjung Batu yang akhirnya menetap, berdiam diri, bergaul di daerah tersebut sembari mengajarkan keahliannya dalam hal bertukang, memahat, membuat perhiasan, hingga menyebarkan ajaran agama Islam serta turut serta merancang puncak Masjid Al-Falah Tanjung Batu yang sekarang masih kokoh berdiri di Kampung Tiga Tanjung Batu. Masjid ini memang sudah cukup tua, tapi masih berdiri kokoh, masjid ini didirikan pada abad ke-13, sebagai peninggalan hasil karya asli SANG SUNGGING saat ini masih dapat dilihat UKIRAN PAHATAN KUBAH MASJID yang diletakkan pada bagian atap masjid Al-Falah Tanjung Batu serta beberapa hasil karya Sangsungging lain dalam Masjid yang sudah mengalami renovasi antara lain Mimbar.

 (Mimbar Masjid Al-Falah Kelurahan Tanjung Batu)
Karena keahlian dan kepandaiannya, kian hari keberadaan Abdul Hamid dan pengikutnya semakin mendapat tempat dihati penduduk. Karena berbagai keahliannya ini terutama sekali keahliannya sebagai tukang kayu dan tukang pahat, maka oleh penduduk setempat beliau diberi gelar Usang Sang Sungging (Sang Sungging).

(Rumah Knochdown/Bongkar pasang, warisan keahlian Usang Sungging di Desa Tanjung Batu Seberang)
Selang beberapa waktu beliau tinggal di seberang Tanjung Batu, terdengarlah olehnya bahwa ada seorang putri cantik yang tinggal di hulu sungai dan menetap di sebuah dusun bernama Senuro yang sekarang sudah menjadi 2 desa yaitu desa Senuro Barat dan desa Senuro Timur. Mendengar kabar ini, Sang Sungging lalu mengirim utusan untuk mengadakan silaturahmi dengan Putri tersebut. Sepulangnya dari tempat Sang Putri, para utusannya membawa kabar baik bahwa maksud dan tujuan mereka diterima dengan baik dan tangan terbuka oleh Puteri. Utusannya juga bercerita bahwa Sang Putri senang mengajarkan kepada penduduk setempat bagaimana cara mengerjakan kerajinan menganyam, membuat bakul dari kulit Batang bambu dan membuat kerajinan lainnya.



Mendengar berita tersebut, Sang Sungging pun tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya dan memutuskan untuk segera bertemu Sang Putri. Setelah kedua insan tersebut berjumpa, diketahuilah bahwa Putri tersebut bernamaNafisah. Konon karena kecantikan rupanya dan kulitnya agak kemerah-merahan seperti buah Pinang Masak, maka oleh penduduk setempat ia dijuluki Puteri Pinang Masak. Lalu siapa dan dari manakah asal usul Putri Senuro atau Putri Pinang Masak? 

(Makam Putri Pinang Masak) 

Dari sejarahnya, Putri Nafisah atau Putri Pinang Masak berasal dari daerah Banten, Jawa Barat dan sebelum sampai ke Desa Senuro bermukim di Empat Ulu Laut tepian Sungai Musi. Berita bermukimnya seorang putri di ulu laut Palembang yang kecantikannya tiada tara serta tandingannya di seluruh kerajaan Palembang tersebar luas dikalangan anak pembesar kerajaan, serta menjadi pembicaraan hangat para pemuda di seluruh negeri, sehingga banyak yang berlomba ingin mendapatkannya. Berita ini didengar juga oleh Sultan Palembang sehingga timbullah hasrat Sultan untuk membuktikan kebenaran dari cerita tersebut dan melihat dari dekat kecantikan Sang Putri. Jika memang benar, muncul hasratnya untuk menjadikan Sang Putri sebagai gundik, penambah gundik yang telah ada di istana.


Sultan langsung mengutus beberapa pengawal istana untuk menjemput putri dan membawanya ke istana. Sebelum para pengawal datang, putri rupanya sudah lebih dulu mengetahuinya. Putri sangat bersedih hati,  berusaha dan berikhtiar bagaimana caranya menghindari hal tersebut. Bahkan akhirnya Putri bersumpah lebih baik mati daripada menjadi gundik Sultan. Namun puteri juga sadar bahwa untuk menghindari kekuasaan Sultan dan para pengawalnya adalah suatu upaya yang tidak mungkin.



Putri dan keluarganya lalu mencari cara bagaimana mengelabui para pengawal istana yang hendak menjemputnya. Akhirnya munculnya tipu muslihat untuk mengelabui mereka. Sebelum para pengawal istana tiba, Putri merebus jantung pisang. Setelah dingin, air rebusan jantung pisang itu lalu dibuat mandi oleh Putri, akibatnya badan Putri menjadi hitam pekat, kotor dan kelihatan menjijikkan dan kemolekannya menjadi hilang.



Ketika para Pengawal Sultan sampai dirumah Putri Nafisah, mereka sangat terkejut dengan pemandangan ditemui. Mereka menjadi ragu apakah benar orang yang berdiri dihadapan mereka adalah Putri Nafisah yang kecantikannya menggemparkan seluruh negeri itu. Timbul keragu-raguan di hati mereka untuk membawa Putri, namun karena ini adalah perintah Sultan dan tidak boleh dilanggar, maka akhirnya mereka membawa juga Putri Nafisah ke istana untuk dipersembahkan kehadapan Sultan.



Sesampai di istana mereka langsung menghadap Sultan berikut Sang Putri. Begitu melihat sosok yang berdiri dihadapannya, Sultan bertanya kepada para pengawalnya, apakah benar yang mereka bawa ini adalah Putri Nafisah yang terkenal kecantikannya tersebut. Para pengawal mengiyakan. Lalu Sultan mengulangi pertanyaannya, kali ini ke arah Putri Nafisah. Mendapat pertanyaan tersebut Putri Nafisah diam saja. Mendapatkan kondisi tersebut, murkalah Sang Sultan dan seketika itu Putri Nafisah di usir keluar dari istana. Maka dengan bergegas Sang Putri meninggalkan istana dan kembali kerumahnya.



Mengetahui tipu muslihatnya berhasil, Putri dan keluarganya merasa senang tiada terkira. Seiring dengan perjalanan waktu, mereka pun kemudian hidup tenang dan terlepas dari niat Sang Sultan. Namun, kondisi ini ternyata tidak berjalan semulus yang mereka harapkan. Cerita kecantikan Sang Putri ternyata masih tetap menjadi buah bibir di kalangan khalayak. Sultan pun penasaran dan mengutus para penyelidik istana untuk menyelidiki kabar yang berhembus tersebut. Para penyelidik bekerja secara diam-diam dan dengan sangat cermat. Setelah melakukan pengamatan beberapa lama, para penyelidik istana akhirnya mendapatkan fakta yang sebenarnya. Mereka juga mengetahui tipu muslihat Sang Putri ketika menghadap Sultan sebelumnya.



Mendengar laporan dari para penyelidiknya, Sultan marah bukan kepalang. Diperintahkannya kembali pengawal untuk menjemput Sang Putri secara paksa. Namun sebelum para pengawal istana sampai, para pengikut setia Sang Putri segera menyampaikan berita tersebut. Mendapati berita itu, Putri dan keluarganya sangat terkejut dan sedih bukan kepalang. Mereka berunding, usaha apa kali ini yang harus mereka lakukan untuk menghindari niat Sang Sultan. Setelah berunding, akhirnya diputuskan satu-satunya jalan adalah melarikan diri.



Dengan persiapan seadanya, di suatu malam, bersama dengan dua orang dayang dan dua orang pengawal, berangkatlah Putri Nafisah dengan menggunakan sebuah rejung (perahu) menuju ke uluhan Sungai Ogan. Berbulan-bulan rombongan Sang Putri menyusuri sungai dan lebak, sesekali mereka harus menepi dan bersembunyi untuk menghindari kejaran para pengawal istana. Akhirnya sampailah mereka pada sebuah lebak yang cukup luas, yang kelak lebak itu bernama Lebak Meranjat. Di sebuah teluk yang bernama Teluk Lancang, rejung atau perahu mereka dihadapkan ke teluk tersebut, dan menyusuri sebuah sungai kecil (payo) yang arusnya sangat deras. Lalu sampailah mereka di suatu tempat yang mereka perkirakan cukup aman dan tidak mungkin ditemukan oleh para pengawal istana.



Kedatangan seorang Putri beserta dayang dan pengawalnya cepat tersebar di telinga penduduk sekitar. Penduduk pun beramai-ramai tinggal dan menetap bersama Sang Putri. Untuk menghilangkan jejak, Putri Nafisah kemudian mengganti namanya dengan sebutan Putri Senuro. Tempat bermukim mereka berkembang menjadi sebuah dusun yang kemudian diberi nama Desa Senuro, sesuai dengan nama Sang Putri. Dua dayang dan dua pengawal putri ikut hidup dan menetap disana. Mereka berjanji akan menyertai dan menjaga puteri hingga akhir hayatnya.



Ditempat yang baru ini Sang Putri Pinang Masak menjadi buah bibir para pemuda dan anak-anak orang terpandang di sekitar wilayah tersebut. Sang Putri juga mempunyai kepandaian dalam hal membuat anyaman. Putri Pinang Masakmengajarkan juga kepandaian kepada penduduk terutama kaum remaja putrinya, terutama anyaman untuk alat-alat memasak yang digunakan sehari-hari. Putri Pinang Masak juga terkenal dengan keahliannya dalam membuat anyaman yang tidak tembus oleh air. Sampai akhirnya kabar kecantikan dan keahliannya ini turut di dengar oleh Sang Sungging.



Sang Sungging begitu terharu mendengarkan cerita dan pengalaman Putri Nafisah atau Putri Pinang Masak ini. Ternyata mereka berdua mengalami peristiwa yang serupa. Dari beberapa kali pertemuan, keduanya pun sepakat untuk menjalin tali kasih. Keduanya juga tak segan bercerita mengenai kepandaian masing-masing. Sang Sungging dalam hal bertukang, memahat, melukis dan membuat kerajinan, sementara Putri Pinang Masak dalam hal membuat anyam-anyaman. Sang Sungging juga mendengar jika Sang Puteri bisa membuat anyaman yang tidak tembus air.



Suatu hari Sang Sungging ingin dibuatkan masakan gulai oleh Putri Pinang Masak. Sang Putri memenuhi permintaan itu. Setelah gulai masak, dibuatlah sebuah bakul dengan tudungnya untuk tempat gulai tersebut dan langsung dikirim kepada Sang Sungging. Mendapat kiriman Dari Putri Pinang Masak, Sang Sungging langsung membuka bakul tersebut dan alangkah herannya Sang Sungging, karena sedikitpun kua gulai itu tidak menetes keluar. Sang Sungging semakin percaya dan takjub dengan kepandaian Sang Putri Pinang Masak. Setelah habis gulainya dimakan lalu bakul tadi dikembalikan kepada Putri Pinang Masak. Sebagai balasannya Sang Sungging menyuguh (menyerut) papan dengan umbangnya (hasil suguhan kayu) hampir 9 meter tanpa terputus-putus. Umbang kayu ini kemudian dimasukkan ke dalam bakul tersebut dan dikirim kembali kePutri Pinang Masak. Oleh Puteri umbang tersebut kemudian dianyam menjadi bakul. Pada perjalanannya, bakul inilah yang kemudian menjadi wadah hantaran lauk pauk dari Putri Pinang Masak ke Sang Sungging.



Kedua sejoli itu saling berlomba menunjukkan keahlian masing-masing sembari menjaga tali percintaannya menuju hari pernikahan. Persiapan demi persiapan pun mereka gencarkan demi menjelang pelaksanaan pernikahan. Sebelum pernikahan terjadi, datang beberapa orang pengawal Putri Pinang Masak menemui Sang Sungging membawa pesan bahwa Sang Putri Pinang Masak sedang jatuh sakit. Dari hari ke hari sakitnya bertambah parah dan tidak menunjukkan kesembuhan.



Dalam kondisi sakit parah tersebut Putri Pinang Masak tetap memikirkan kelangsungan hidup kaumnya. Dia masih teringat dengan kisahnya dulu dan tidak mau kaumnya kelak mengalami nasib serupa. Merasa kondisinya sudah tidak bisa diharapkan lagi, sebelum meninggal Sang Putri Pinang Masak berdoa dan bersumpah kepada yang maha kuasa agar kelak anak cucu kaumnya tidak memiliki paras cantik seperti dirinya, karena kecantikan itu akan membawa kesengsaraan.



Setelah melafazkan sumpah tersebut akhirnya Putri Pinang Masakmenghembuskan nafasnya yang terakhir. Putri wafat dengan meninggalkan empat orang dayang dan dua orang pengawal yang sangat setia termasuk kekasihnya Sang Sungging. Putri lalu dimakamkan ditempat tersebut. Bagi anak cucu kaumnya, Putri Senuro atau Putri Pinang Masak menjadi pelambang kaum wanita yang menjunjung tinggi martabat. Setelah Sang Putri meninggal, dayang-dayang dan pengawalnya bertekad akan tetap berdiam di tempat itu, dan akan mati berkubur disamping kubur Sang Puteri.



Makam Sang Putri beserta dayang dan pengawalnya juga masih bisa dijumpai di Desa Senuro Barat Kecamatan Tanjung Batu. Saat ini masih tergantung beberapa helai pakaian Sang Putri. Adapun terhadap sumpah Sang Puteri, Sampai saat ini sumpah tersebut masih terngiang di telinga penduduk Desa Senuro Barat dan Desa Senuro Timur. Percaya tidak percaya, jika kita berkunjung ke desa tersebut maka kita akan menemui pemandangan seolah mencerminkan sumpah dari Sang Putri. Apakah ini sebuah kebetulan? atau memang akibat dari sumpah Sang Putri, namun masyarakatnya saat ini sudah banyak yang kaya raya dari hasil kebun karet di 2 desa ini, sehingga sudah banyak para putri dari Desa Senuro yang memiliki paras nan cantik kayak bidadari atau aslinya Putri Pinang Masak, mereka sudah pandai bersolek sesuai dengan kehidupan dan alat kecantikan modern atau bahkan datang mempercantik diri ke salon kecantikan.



Sedangkan tentang Sang Sungging sendiri. Dalam sebuah cerita dikisahkan bahwa keahliannya dalam bertukang termasuk membuat ukiran yang diceritakan oleh penduduk desa dari mulut ke mulut akhirnya sampai juga di telinga Sultan. Sebelumnya, Sultan telah menyadari kekeliruannya dalam menilai Sang Sungging. Setelah mendengarkan penjelasan dari Permaisurinya dan penasehat istana, Sultan berkesimpulan bahwa tetesan tinta yang membentuk tahi lalat di paha kiri atas pada lukisan istrinya murni akibat ketidaksengajaan Sang Sungging.



Sebagai wujud dari penyesalannya dan sekaligus untuk membuktikan cerita orang tentang keahlian Sang Sungging, Sultan mengirimkan utusannya. Melalui utusannya ini Sultan menyampaikan kekeliruannya dalam menilai Sang Sungging dan juga memesan daun pintu berukir. Singkat cerita, daun pintu tersebut dapat diselesaikan oleh Sang Sungging persis seperti yang dikehendaki oleh Sultan. Dari situ Sultan akhirnya benar-benar percaya dengan berita tersebut.



Lalu Sultan mengirimkan utusannya kembali, kali ini dalam misi mengajak Sang Sungging untuk kembali ke Istana. Namun karena Sang Sungging merasa sudah betah dan telah memiliki ikatan emosional dengan peduduk setempat, ajakan Sultan tersebut ia tolak dengan penjelasan dan alasan yang halus. Ia tetap pada pendiriannya untuk tinggal dan membangun bersama penduduk setempat sampai akhir hayatnya. Setelah meninggal, Sang Sungging akhirnya dimakamkan di sekitar desa pelariannya yaitu di seberang Desa Tanjung Batu Seberang.



Sebagaimana disinggung diatas, dari kedua tokoh ini sangat diyakini memiliki hubungan erat dengan terbentuknya pola mata pencaharian penduduk lokal. Usang Sungging, dengan keahliannya sebagai tukang kayu dan pembuat kerajinan dari tangan telah mewariskan bidang usaha pertukangan/pembuatan rumah panggung yang sekarang dikenal dengan RUMAH BONGKAR PASANG atau RUMAH KNOCKDOWN yang saat ini ditekuni oleh warga Desa Tanjung Batu Seberang dan Desa Tanjung Baru Petai dan kerajinan tangan seperti PERHIASAN PENGANTIN (dari kuningan) ditekuni oleh warga Kelurahan Tanjung Batu dan Tanjung Batu Timur, PANDAI BESI (pembuatan golok, pisau dan lain-lain dari besi) ditekuni oleh warga Tanjung Pinang I dan II, Limbang Jaya I dan II, Tanjung Laut, Tanjung Dayang (Indralaya Selatan), PANDAI ALUMINIUM ditekuni oleh warga Desa Tanjung Atap dan pembuatan perhiasan dari emas dan perak atau PANDAI EMAS DAN PERAK

(Pengrajin Emas dan Perak)
 ditekuni oleh warga Kelurahan Tanjung Batu dan Tanjung Batu Timur. Sementara Putri Pinang Masak mewariskan bidang usaha ANYAM-ANYAMAN dari Bambu dan Rotan yang hingga sekarang ditekuni oleh masyarakat Desa Senuro Barat dan Senuro Timur Kecamatan Tanjung Batu
.

(Dikutip dari website kab Ogan Ilir, Sumatera Selatan)

Kamis, 17 Mei 2012

Asal-Usul Kelurahan Tanjung Batu



Pada zaman purba  hiduplah sekelompok manusia yang peradabannya masih rendah cikal bakal yang pada waktu sekarang ini menjadi nenek moyang penduduk asli asal Kelurahan TANJUNG BATU. Kehidupan mereka dihutan belantara dan hidup dengan berkelompok-kelompok.
± tahun 1600 suatu tempat di hutan yang lebat terdapat payau payau kecil masyarakat sering menyebutnya PAYO, di sekitar Payo-payo inilah tempat tinggal mereka, mereka mencari makan dengan cara, berkebun, menangkap ikan, berburu dan lain-lain.
Sebutan mereka ini orang Suku Kubu yang kehidupan sehari-hari sangat sederhana, antara Suku Kubu dengan Suku lainnya sudah saling kenal dan jauh di sebelah utara tinggal suku kubu  Sentul, Kubu Burai, Suku Cambai dan Suku Belido, didalam kelangsungan kehidupan sehari hari  mereka tidak pernah saling ganggu.
Pada Suatu tempat bernama PAYO LINTAH tinggallah Suku Kubu yang mendirikan gubuk-gubuk sederhana (Rompok) kepala rompok bernama tersebut USANG RAJO SETAN sebagai pelindung. Disekitar PAYO LINTAH tinggal pula kelompok lainnya seperti di PAYO BATU dan PAYO TRAP (Arah ke Burai ± 6 km) sedangkan di Selatan tinggal pula Suku Kubu Lebar Tapak (TANJUNG ATAP) di PAYO BULUH.
Kehidupan sehari-harinya tak ada beda mereka mencari makan dengan, mecari binatang buruan,menangkap ikan, mencari pucuk kayu sebagai sayur mayur di hutan, membuat alat untuk menangkap ikan dinamakan “bubu seruo” dan lain sebagainnya dan pada suatu saat hari bertemu  pada suatu tempat semacam pasar kecil untuk saling tukar menukar, hasil hutan tersebut sebagai alat untuk berbelanja / Bharter.
Suku suku tersebut belum merngenal agama (ateis) dan adat istiadat, pengertian mereka tentang hujan, petir, guruh, angin mempunyai kepercayaan kekuatan gaib yang dianggapnya bertuah dan kadang-kadang dianggap malapetaka. Pohon-pohon besar, tempat-tempat tinggal tertentu mempunyai kekuatan gaib dan mempunyai ROH, paham yang dianut Animisme dan Dinamisme.
Dengan proses yang panjang dalam kurun waktu yang cukup lama kehidupannya berpindah-pindah tempat dari Payo Lintah pindah ke Payo Batu setelah selang beberapa tahun pindah ke Payo Trap untuk mencari ladang baru disamping itu sering mendapat gangguan dari binatang-binatang buas seperti harimau, beruang dan sebagainya juga binatang berkuku panjang yang dinamakan Setan atau Sindai.
Perkembangan seterusnya berpindah tempat mencari sungai (Sekarang Lebak Meranjat). Dan berdiamlah mereka disebuah Tanjungan dekat sungai, mereka menyebar di seputar Tanjungan ini satu persatu mendirikan rumah-rumah bertiang tinggi menghindari serangan dari binatang buas demi menjaga keselamatan dan keamanan.
DI Tanjungan ini banyak terdapat batu kerikil merah (karangan) yang pada akhinya disebutnya Tanjungan Batu atau yang tepatnya di kampung ASAM JAWA sekarang.
Bercocok tanam, membuat perahu dan sudah mengenal perbintangan menentukan musim tanam padi, musim kemarau / hujan dan sudah dapat menentukan Utara Selatan Barat dan Timur, peradaban berkembang penduduk bertambah pada akhirnya menetap di daerah ini menjadi sebuah dusun dan masuknya agama Islam di Tanjung Batu
Nenek Moyang Kelurahan Tanjung Batu tersebut memiliki banyak keahlian kerajinan seni yaitu kerajian emas, perak, pakaian hias pengantin, serta ukiran ukiran. Kerajinan ini terus berkembang dan mengalami kemajuan pesat hingga terkenal sampai ke luar sumatera bahkan sampai ke luar negeri.



Pada tahun 2004 melalui perda kabupaten Ogan Komering Ilir (belum pemekaran menjadi Ogan Ilir) telah di ubah status dari desa menjadi kelurahan, dan pada tahun 2006 di mekarkan menjadi 2 kelurahan menjadi Kelurahan Tanjung Batu dan Kelurahan Tanjung Batu Timur sesuai dengan perda Kabupaten Ogan Ilir Nomor 22 Tahun 2006, namun pelantikan pejabat lurah baru di lakukan pada tahun 2009 sesuai ketentuan PP Nomor 73 tahun 2005 tentang kelurahan.

Sejarah Pembentukan Paskibraka



BENDERA PUSAKA
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, jam 10.00 pagi, di Jln. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan Indonesia, untuk pertama kali secara resmi, bendera kebangsaan merah putih dikibarkan oleh dua orang muda-mudi yang dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat. Bendera ini dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati Soekarno. Bendera inilah yang kemudian disebut "Bendera Pusaka". Bendera Pusaka berkibar siang dan malam di tengah hujan tembakan, sampai Ibukota Republik Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 4 Januari 1946, aksi teror yang dilakukan Belanda semakin meningkat maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya, Ibukota Republik Indonesia dipindakan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan, agresinya yang ke dua. Pada saat Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar dipanggil oieh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia. Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu. Agar dapat diselamatkan, Bapak Husein Mutahar terpaksa harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Pada saat penyelamatan Bendera Pusaka, terjadi percakapan antara Presiden Soekarno dan Bapak Husein Mutahar. Percakapan tersebut dapat dilihat dalam buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat" karangan Cindy Adams. Berikut petikannya: `Tindakanku yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno, pen.). "Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu", kataku ringkas. "Dengan ini, aku memberikan tugas kepadamu pribadi.
Dengan ini, memberikan tugas kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu, ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapa pun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam menyelamatkan Bendera Pusaka ini, percayakanlah tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya." Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdoa. Di sekeliling kami, born berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota. Tanggung jawabnya sungguh be rat. Akhirnya, is memecahkan kesulitan ini dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua belahan bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata, benang jahitan di antara Bendera Pusaka yang telah dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati berhasil dipisahkan. Setelah bendera menjadi dua, masing-masing bagiannya itu, merah dan putih, dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Husein Mutahar, Selanjutnya pada kedua tas tersebut, dimasukkan seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya. Bendera Pusaka dipisah menjadi dua karena Bapak Mutahar berpikir bahwa apabila Bendera Pusaka merah putih dipisahkan, tidak dapat disebut Bendera, karena hanya berupa dua carikkain merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap dan diasingkan, kemudian Bapak Husein Mutahar dan beberapa staf kepresidenan ditangkap dan diangkut dengan pesawat dakota. Ternyata, mereka dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Pada saat menjadi tahanan kota, Bapak Husein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.
Di Jakarta, beliau menginap di rumah Sutan Syahrir Selanjutnya, beliau kost di Jln. Pegangsaan Timur No. 43, di rumah Bapak R. Said Sukanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri I). Selama di Jakarta, Bapak Husein Mutahar selalu mencari informasi bagaimana caranya agar dapat segera menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juni 1948, pada pagi hari, Bapak Husein Mutahar menerima pemberitahuan dari Bapak Soedjono yang tinggal di Oranye Boulevard (sekarang J1n. Diponegoro) Jakarta. Isi pemberitahuan itu adalah bahwa ada surat pribadi dari Presiden Soekarno yang ditujukan kepada Bapak Husein Mutahar. Pada sore harinya, surat itu diambil oleh beliau dan ternyata memang benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang pokok isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Husein Mutahar supaya menyerahkan Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Soedjono agar Bendera Pusaka tersebut dapat dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno di Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Husen. Mutahar datang ke Bangka untuk menyerahkan sendiri Bendera Pusaka itu langsung kepada Presiden Soekarno tetapi menggunakan Bapak Soedjono sebagai perantara. Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan perjalanan Bendera Pusaka dari Jakarta ke Bangka. Alasannya, orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta yang diperbolehkan mengunjungi tempat pengasingan Presiden Soekarno pada waktu itu hanyalah warga-warga Delegasi Republik Indonesia, antara lain, Bapak Soedjono, sedangkan Bapak Husein Mutahar bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Soedjono, dengan meminjam mesin jahit milik seorang Isteri Dokter, Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua dijahit kembali oleh Bapak Husein Mutahar persis di lubang bekas jahitan aslinya. Akan tetapi, sekitar 2 cm dari ujung bendera ada sedikit kesalahan jahit. Selanjutnva, Bendera Pusaka ini dibungkus dengan kertas koran dan diserahkan kepada Bapak Soedjono untuk diserahkan kepada Presiden Soekarno. Hal ini sesuai dengan perjanjian Presiden Soekarno dengan Bapak Mutahar seperti dijelaskan di atas. Dengan diserahkannya Bendera Pusaka kepada orang yang diperintahkan Bung Karno, selesailah tugas penyelamatan Bendera Pusaka oleh Bapak Husein Mutahar. Setelah berhasil menyelamatkan Bendera Pusaka, beliau tidak lagi menangani masalah pengibaran Bendera Pusaka. Sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh Bapak Husein Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerah-kan Bintang Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan sendiri oleh Presiden Soekarno.

PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH DI GEDUNG AGUNG YOGYAKARTA
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-2 Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Soekarno memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu Mayor (L) Husein Mutahar. Selanjutnya, Presiden Soekarno memberi tugas kepada Mayor (L) Husein Mutahar untuk mempersiapkan dan memimpin upacara peringatan Proldamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Bapak Husein Mutahar berpikir bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian, beliau menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri atas 3 orang putri dan 2 orang putra perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta untuk melaksanakan tugas. Lima orang tersebut merupakan simbol dari Pancasila. Salah seorang dari pengibar bendera tersebut adalah Titik Dewi pelajar SMA yang berasal dari Sumatera Barat dan tinggal di Yogyakarta.
Pengibaran Bendera Pusaka ini kemudian dilaksanakan lagi pada peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1947 dan tangga 17 Agustus 1948 dengan petugas pengibar bendera tetap orang dari perwakilan daerah lain yang ada di Yogyakarta.
Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta beberapa pemimpin Republik Indonesia lainnya, tiba kembali di Yogyakarta dari Bangka dengan membawa serta Bendera Pusaka. Pada tanggal 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali dikibarkan pada upacara peringatan detik-detik Proldamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di depan Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Tanggal 27 Desember 1949, dilakukan penandatanganan. naskah pengakuan kedaulatan di negeri Belanda dan penyerahan kekuasaan di Jakarta. Sementara itu Di Yogyakarta, dilakukan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat. Tanggal 28 Desember 1949, Presiden Soekarno kembali ke Jakarta untuk memangku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat.
Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi Ibukota Republik Indonesia. Pada hari itu, Bendera Pusaka Sang Merah Putih dibawa ke Jakarta. Untuk pertama kali, peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1950, diselenggarakan di Istana Merdeka Jakarta. Bendera Pusaka Sang Merah Putih berkibar dengan megahnya di tiang 17 m dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa Indonesia. Regu-regupengibar dari tahun 1950-1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.

BERDIRINYA DIREKTORAT JENDERAL URUSAN PEMUDA DAN PRAMUKA (DITJEN UDAKA) DAN LATIHAN PANDU INDONESIA BERPANCASILA
Pada saat memperingati ulang tahun ke-49, tanggal 5 Agustus 1966, Bapak Husein Mutahar menerima "kado" dari pemerintah: beliau diangkat menjadi Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah berpindah-pindah tempat/kantor kerja dari Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno) ke bekas Gedung Dep. PTIP di Jalan Pegangsaan Barat. Ditjen UDAKA akhirnya menempati gedung bekas NAKERTRANS Jalan Merdeka Timur No.14. Suatu kegiatan yang diadakan Ditjen UDAKA ada kaitannya dengan Paskibraka kelak adalah Latihan Pandu Indonesia ber-Pancasila. Latihan ini sempat diujicobakan 2 kali pada tahun 1966 dan tahun 1967, kemudian dimasukkan kurikulum ujicoba Pasukan Pengerek Bendera Pusaka tahun 1967 yang anggotanya terdiri atas para Pramuka Penegak dan Gugus depan-Gugus depan di DKI Jakarta.

PERCOBAAN PEMBENTUKAN PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA TAHUN 1967 DAN PASUKAN PERTAMA TAHUN 1968
Tahun 1967, Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menangani lagi masalah pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu :
1.       Kelompok 17- PENGIRING/PEMANDU
2.       Kelompok 8 - PEMBAWA/INT1
3.       Kelompok 45- PENGAWAL
Ini merupakan simbol/gambaran dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia: 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu, dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/ Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran Bendera Pusaka. Semula, rencana beliau untukkelompokpengawal 45 akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (generasi muda ABRI •sekarang TNI), tetapi libur perkuliahan dan transportasi Magelang - Jakarta menjadi kendala, sehingga sulit dilaksanakan. Usul lain untuk menggunakan anggota Pasukan Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, MARINIR. dan BRIMOB) juga tidak mudah. Akhirnya, kelompok pengawal 45 diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di istana, Jakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Akan tetapi, propinsi - propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusan, sehingga masih harus ditambah oleh mantan anggota pasukan tahun 1967. Tahun 1969 karena Bendera Pusaka kondisinya sudah terlalu tua sehingga tidak mungkin lagi untuk dikibarkan, dibuatlah duplikat Bendera Pusaka. Untuk dikibarkan di tiang 17 m Istana Merdeka, telah tersedia bendera merah putih dan bahan bendera (wol) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong memanjang kain putih kekuning-kuningan.
Bendera Merah Putih Duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah terbuat dari sutra alam dan alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putih langsung ditenun menjadi satu tanpa dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia. Pembuatan Duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dibantu PT Ratna di Ciawi Bogor. Dalam praktik pembuatan Duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk memenuhi syarat yang ditentukan Bapak Husein Mutahar karena cat asli Indonesia tidak memiliki warna merah bendera yang standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin memerlukan waktu yang lama.
Tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta, berlangsung upacara penyerahan Duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presidcn Soeharto kepada Gubernur seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar di seluruh Ibukota Propinsi dapat dikibarkan Duplikat Bendera Pusaka dan diadakan pembacaan naskah Proklamasi bersamaan dengan upacara peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus di Istana Merdeka Jakarta. Selanjutnya, Duplikat Bendera Pusaka dan Reproduksi Naskah Proklamasi juga diserahkan kepada Kabupaten-Kota dan perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
Bendera duplikat (yang dibuat dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik indonesia, tanggal 17 Agustus 1969, sedangkan Bendera Pusaka terlipat dalam kotak bertugas mengantar dan menjemput Bendera Duplikat yang dikibarkan/diturunkan.
Pada tahun 1967 s.d. tahun 1972, anggota Pasukan Pengibar Bendera adalah para remaja SMA setanah air Indonesia, yang merupakan utusan dari 26 propinsi di Indonesia. Setiap propinsi, diwakili oleh sepasang remaja yang, dinamakan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Pada tahun 1973, Bapak Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan Paskibraka. Pas berasal dari Pasukan, dan kib; berasal dari pengibar, ra berasal dari bendera dan ka dari pusaka. Mulai saat itu, singkatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka adalah Paskibraka.

(dikutip dari Buku Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Paskibraka 2010 oleh Kemenpora RI )

Rabu, 16 Mei 2012

Warkop DKI is Back



     Berawal dari 3 orang mahasiswa yang mencari ilmu di sebuah politeknik di kota Bandung yaitu POLTEKPOS (Politeknik Pos Indonesia), Chandra Faza Darmawan yang biasa akrab dipanggil Indro, Fadjri Firmansyah alias Kasino dan Vegi Aidil Fitri alias Dono, mereka adalah 3 orang sahabat yang tak terpisahkan.



    Saat mereka duduk di bangku kuliah di jurusan yang sama yaitu Manajemen Pemasaran Politeknik Pos Indonesia, Chandra yang memiliki sifat humoris sering menjahili teman-teman kelasnya dan orang yang paling sering dijahili yaitu Fadjri, dari sanalah mereka mulai saling mengenal dan seiring waktu berjalan menjadi dekat dan menjadi teman baik, beberapa bulan berselang diadakanlah kegiatan kampus outbond yaitu LKMM (latihan kepemimpinan mahasiswa manajemen) yang bertempat di cikole lembang, Jawa Barat. Saat pembagian kelompok Chandra satu kelompok dengan Vegi di kelompok itu mereka dituntut untuk menjaga kekompakan dan kedisiplinan agar bisa mendapatkan gelar kelompok terbaik saat outbond, merekapun saling mengenal satu samalain, suasana kekompakan sangat terasa disaat malam hari tiba ketika acara api unggun, Chandra yang mengajak Fadjri bergabung bersama Vegi untuk menikmati secangkir kopi hangat didepan api unggun, mereka bertiga saling bertukar pikiran dan bercanda gurau sehingga terjalinlah suasana akrab dan mereka merasa seperti keluarga sendiri.




     Singkat cerita merekapun selalu bertiga saat di kampus, mulai dari belajar di kelas, makan di kantin kampus dan berorganisasi UKM (unit kegiatan mahasiswa) bersama-sama, merekapun sering disebut warkop DKI oleh teman-teman sekelasnya, Chandra dijuluki Indro karena postur tubuhnya yang besar, Fadjri dijuluki Kasino dan Vegi dijuluki  Dono karena mereka memiliki kemiripan wajah dan postur tubuh seperti Kasino dan Dono, sampai saat ini mereka selalu bersama dan seringkali mencairkan suasana kelas karna tingkah laku mereka yang lucu dan terkadang konyol, KITE GAK PERNAH SUSEH itulah slogan yang mereka terapkan dalam persahabatan mereka, tetap menjaga kekompakan dan persaudaraan untuk satu tujuan yang sama yaitu lulus kuliah bersama-sama dengan nilai IPK yang memuaskan dan menggapai keinginan mereka yaitu SUKSES !!!



Foto Warkop DKI is Back bersama temen temen kelas






  

Selasa, 15 Mei 2012

Segmentasi Pasar

Manajemen PemasaranDefinisi Segmentasi Pasar
Swastha & Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai kegiatan membagi–bagi pasar/market yang bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen.
Sedangkan definisi yang diberikan oleh Pride & Ferrel (1995)mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar ke dalam segmen-segmen pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembeli.
Di lain pihak Pride & Ferrel (1995) mendefinisikan segmentasi pasarsebagai suatu proses pembagian pasar keseluruhan menjadi kelompok–kelompok pasar yang terdiri dari orang–orang yang secara relatif memiliki kebutuhan produk yang serupa.
Ada lagi pendapat Swastha & Handoko (1987) yang merumuskan segmentasi pasar adalah suatu tindakan membagi pasar menjadi segmen–segmen pasar tertentu yang dijadikan sasaran penjualan yang akan dicapai dengan marketing mix.
Menurut Kotler, Bowen dan Makens (2002, p.254) pasar terdiri dari pembeli dan pembeli berbeda-beda dalam berbagai hal yang bisa membeli dalam keinginan, sumber daya, lokasi, sikap membeli, dan kebiasaan membeli. Karena masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik, masing-masing pembeli merupakan pasar potensial tersendiri. Oleh sebab itu penjual idealnya mendisain program pemasarannya tersendiri bagi masing-masing pembeli. Segmentasi yang lengkap membutuhkan biaya yang tinggi, dan kebanyakan pelanggan tidak dapat membeli produk yang benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk itu, perusahaan mencari kelas-kelas pembeli yang lebih besar dengan kebutuhan produk atau tanggapan membeli yang berbeda-beda. Segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005, p.307.

Manfaat dan Kelemahan Segmentasi

Banyaknya perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas dasar pengelompokkan variabel tertentu. Dengan menggolongkan atau mensegmentasikan pasar seperti itu, dapat dikatakan bahwa secara umum perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter, 1991).
Manfaat yang lain dengan dilakukannya segmentasi pasar, antara lain:
1. Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah.
2. Dapat mendesign produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.
3. Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.
4. Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang tepat bagi segmen yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
5. Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan masa atau periode-periode dimana reaksi pasar cukup besar.
Gitosudarmo (2000) menambahkan manfaat segmentasi pasar ini, sebagai berikut:
1. Dapat membedakan antara segmen yang satu dengan segmen lainnya.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui sifat masing-masing segmen.
3. Dapat digunakan untuk mencari segmen mana yang potensinya paling besar.
4. Dapat digunakan untuk memilih segmen mana yang akan dijadikan pasar sasaran.
Sekalipun tindakan segmentasi memiliki sederetan keuntungan dan manfaat, namun juga mengandung sejumlah resiko yang sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari tindakan segmentasi itu sendiri, antara lain:
1. Biaya produksi akan lebih tinggi, karena jangka waktu proses produksi lebih pendek.
2. Biaya penelitian/ riset pasar akan bertambah searah dengan banyaknya ragam dan macam segmen pasar yang ditetapkan.
3. Biaya promosi akan menjadi lebih tinggi, ketika sejumlah media tidak menyediakan diskon.
4. Kemungkinan akan menghadapi pesaing yang membidik segmen serupa.
Bahkan mungkin akan terjadi persaingan yang tidak sehat, misalnya kanibalisme sesama produsen untuk produk dan segmen yang sama.

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Segmentasi

Pengusaha yang melakukan segmentasi pasar akan berusaha mengelompokkan konsumen kedalam beberapa segmen yang secara relatif memiliki sifat-sifat homogen dan kemudian memperlakukan masing-masing segmen dengan cara atau pelayanan yang berbeda.
Seberapa jauh pengelompokkan itu harus dilakukan, nampaknya banyak faktor yang terlebih dahulu perlu dicermati. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Variabel-Variabel Segmentasi
Sebagaimana diketahui bahwa konsumen memiliki berbagai dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan segmentasi pasar. Penggunaan dasar segmentasi yang tepat dan berdaya guna akan lebih dapat menjamin keberhasilan suatu rencana strategis pemasaran. Salah satu dimensi yang dipandang memiliki peranan utama dalam menentukan segmentasi pasar adalah variabel-variabel yang terkandung dalam segmentasi itu sendiri, dan oleh sebab ituperlu dipelajari.
Dalam hubungan ini Kotler (1995) mengklasifikasikan jenis-jenis variabel segmentasi sebagai berikut:
1.Segmentasi Geografi
Segmentasi ini membagi pasar menjadi unit-unit geografi yang berbeda, seperti negara, propinsi, kabupaten, kota, wilayah, daerah atau kawasan. Jadi dengan segmentasi ini, pemasar memperoleh kepastian kemana atau dimana produk ini harus dipasarkan.
2. Segmentasi Demografi
Segmentasi ini memberikan gambaran bagi pemasar kepada siapa produk ini harus ditawarkan. Jawaban atas pertanyaan kepada siapa dapat berkonotasi pada umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, siklus kehidupan keluarga seperti anak-anak, remaja, dewasa, kawin/ belum kawin, keluarga muda dengan satu anak, keluarga dengan dua anak, keluarga yang anak-anaknya sudah bekerja dan seterusnya. Dapat pula berkonotasi pada tingkat penghasilan, pendidikan, jenis pekerjaan, pengalaman, agama dan keturunan
misalnya: Jawa, Madura, Bali, Manado, Cina dan sebagainya.
3. Segmentasi Psikografi
Pada segmentasi ini pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan:
a. Status sosial, misalnya: pemimpin masyarakat, pendidik, golongan elite, golongan menengah, golongan rendah.
b. Gaya hidup misalnya: modern, tradisional, kuno, boros, hemat, mewah dan sebagainya.
c. Kepribadian, misalnya: penggemar, pecandu atau pemerhati suatu produk.
4. Segmentasi Tingkah Laku
Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin bahwa variabel tingkah laku merupakan awal paling baik untuk membentuk segmen pasar.
Segmentasi perilaku dapat diukur menggunakan indikator sebagai berikut (Armstrong, 1997):
1. Manfaat yang dicari
Salah satu bentuk segmentasi yang ampuh adalah mengelompokkan pembeli menurut manfaat berbeda yang mereka cari dari produk. Segmentasi manfaat menuntut ditemukannya manfaat utama yang dicari orang dalam kelas produk, jenis orang yang mencari setiap manfaat dan merek utama yang mempunyai setiap manfaat. Perusahaan dapat menggunakan segmentasi manfaat untuk memperjelas segmen manfaat yang mereka inginkan, karakteristiknya serta merek utama yang bersaing. Mereka juga dapat mencari manfaat baru dan meluncurkan merek yang memberikan manfaat tersebut.
2. Status Pengguna
Pasar dapat disegmentasikan menjadi kelompok bukan pengguna, mantan pengguna, pengguna potensial, pengguna pertama kali dan pengguna regular dari suatu produk. Pengguna potensial dan pengguna regular mungkin memerlukan imbauan pemasaran yang berbeda.
3. Tingkat Pemakaian
Pasar dapat juga disegmentasikan menjadi kelompok pengguna ringan, menengah dan berat. Jumlah pengguna berat sering kali hanya persentase kecil dari seluruh pasar, tetapi menghasilkan persentase yang tinggi dari total pembelian. Pengguna produk dibagi menjadi dua bagian sama banyak, sebagian pengguna ringan dan sebagian lagi pengguna berat menurut tingkat pembelian dari produk spesifik.
4. Status Loyalitas

Sebuah pasar dapat juga disegmentasikan berdasarkan loyalitas konsumen. Konsumen dapat loyal terhadap merek, toko dan perusahaan. Pembeli dapat dibagi menjadi beberapa kelompok menurut tingkat loyalitas mereka. Beberapa konsumen benar-benar loyal, mereka selalu membeli satu macam merek. Kelompok lain agak loyal,mereka loyal pada dua merek atau lebih dari satu produk atau menyukai satu merek tetapi kadang-kadang membeli merek lain. Pembeli lain tidak menunjukkan loyalitas pada merek apapun. Mereka mungkin ingin sesuatu yang baru setiap kali atau mereka membeli apapun yang diobral.