![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSX4Ykpwq-JZFGRsrfuqMsdFvDkVIRhnL716TNiwZflKdq_LqoUA3_sNJZIW-yrsohorlcxXjbo060ZbsfUar_0Mixl4Yk9lLLG-wxIUYZd7MdBn_lFwhjNhyphenhyphen8477YIFqEtDIlkMcoPkw/s200/Foto0049.jpg)
± tahun 1600 suatu tempat di hutan yang lebat terdapat payau payau
kecil masyarakat sering menyebutnya PAYO, di sekitar Payo-payo inilah tempat tinggal mereka, mereka mencari makan dengan
cara, berkebun, menangkap ikan, berburu dan lain-lain.
Sebutan mereka ini orang Suku Kubu yang kehidupan
sehari-hari sangat sederhana, antara Suku Kubu dengan Suku lainnya sudah saling
kenal dan jauh di sebelah utara tinggal suku kubu Sentul, Kubu Burai, Suku Cambai dan Suku
Belido, didalam kelangsungan kehidupan sehari hari mereka tidak pernah saling ganggu.
Pada Suatu tempat bernama PAYO LINTAH tinggallah Suku
Kubu yang mendirikan gubuk-gubuk sederhana (Rompok) kepala rompok bernama
tersebut USANG RAJO SETAN sebagai pelindung. Disekitar PAYO LINTAH tinggal pula
kelompok lainnya seperti di PAYO BATU dan PAYO TRAP (Arah ke
Burai ± 6 km) sedangkan di Selatan tinggal pula Suku Kubu Lebar Tapak
(TANJUNG ATAP) di PAYO BULUH.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAR0Ci6EgaEeZ8DmuFgOMy_z0aYjfvfmZoefggiKr7xWutKTAw9I-tCqjMHYmKax_g3eo2kM1S_tGMTIGMsX_moWp-8KQtKwreorQGnshhPq7YLYeCjd3wB7_ztbiV9EJAgLsN3s56hOw/s200/perahu.jpg)
Suku suku tersebut belum merngenal agama (ateis) dan adat istiadat,
pengertian mereka tentang hujan, petir, guruh, angin mempunyai kepercayaan
kekuatan gaib yang dianggapnya bertuah dan kadang-kadang dianggap malapetaka.
Pohon-pohon besar, tempat-tempat tinggal tertentu mempunyai kekuatan gaib dan
mempunyai ROH, paham yang dianut Animisme dan Dinamisme.
Dengan proses yang panjang dalam kurun waktu yang
cukup lama kehidupannya berpindah-pindah tempat dari Payo Lintah pindah ke Payo
Batu setelah selang beberapa tahun pindah ke Payo Trap untuk mencari ladang
baru disamping itu sering mendapat gangguan dari binatang-binatang buas seperti
harimau, beruang dan sebagainya juga binatang berkuku panjang yang dinamakan
Setan atau Sindai.
Perkembangan seterusnya berpindah tempat mencari
sungai (Sekarang Lebak Meranjat). Dan berdiamlah mereka disebuah Tanjungan
dekat sungai, mereka menyebar di seputar Tanjungan ini satu persatu mendirikan
rumah-rumah bertiang tinggi menghindari serangan dari binatang buas demi menjaga
keselamatan dan keamanan.
DI Tanjungan ini banyak terdapat batu kerikil merah (karangan) yang pada
akhinya disebutnya Tanjungan Batu atau yang tepatnya di kampung ASAM JAWA
sekarang.
Bercocok tanam, membuat perahu dan sudah mengenal perbintangan menentukan musim
tanam padi, musim kemarau / hujan dan sudah dapat menentukan Utara Selatan
Barat dan Timur, peradaban berkembang penduduk bertambah pada akhirnya menetap
di daerah ini menjadi sebuah dusun dan masuknya agama Islam di Tanjung Batu
Nenek Moyang Kelurahan Tanjung Batu tersebut memiliki banyak keahlian kerajinan
seni yaitu kerajian emas, perak, pakaian hias pengantin, serta ukiran ukiran. Kerajinan
ini terus berkembang dan mengalami kemajuan pesat hingga terkenal sampai ke
luar sumatera bahkan sampai ke luar negeri.
Pada tahun 2004 melalui perda kabupaten Ogan Komering Ilir (belum pemekaran
menjadi Ogan Ilir) telah di ubah status dari desa menjadi kelurahan, dan pada
tahun 2006 di mekarkan menjadi 2 kelurahan menjadi Kelurahan Tanjung Batu dan
Kelurahan Tanjung Batu Timur sesuai dengan perda Kabupaten Ogan Ilir Nomor 22
Tahun 2006, namun pelantikan pejabat lurah baru di lakukan pada tahun 2009
sesuai ketentuan PP Nomor 73 tahun 2005 tentang kelurahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar